Prestasi membanggakan diraih oleh TK Kristen Aletheia Lumajang, melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Nomor: 6555/C/HK.00/2021 tentang Penetapan Satuan Pendidikan Pelaksana Program Sekolah Penggerak, TK Kristen Aletheia Lumajang ditetapkan sebagai Pelaksana Program Sekolah Penggerak. Program Sekolah Penggerak adalah upaya untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia dalam mewujudkan Indonesia
Pendidikan anak dalam keluarga yang paling utama adalah mengajarkan sopan santun. Karena sopan santun merupakan sesuatu yang mahal. Terlebih pada masa kini, dimana perkembangan teknologi semakin pesat dan anak-anak semakin tergantung pada pemakaian gadget, sehingga anak-anak perlu diperkuat dalam hal etika dan kesopanan. Dengan diajarkan sopan santun, anak-anak akan belajar untuk saling menghormati dan menghargai
Hampir setiap tahun TK Kristen Aletheia Lumajang mengadakan berbagai perlombaan seperti makan kerupuk, memindahkan bendera dan berjalan sambil membawa kelereng diatas sendok yang diselenggarakan secara semarak dan meriah.Tidak ketinggalan ornament hiasan merah putih khas 17-an menghiasi sekolah TK Kristen Aletheia Lumajang. Tetapi ada yang berbeda di tahun 2020 ini, dalam situasi pandemi Covid-19 di mana
Sekolah Kristen Aletheia (SKA) Lumajang telah memulai pembelajaran pada Tahun Ajaran Baru 2020/2021. Oleh karena masa pandemic Covid-19 belum berakhir dan atas arahan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang, serta demi kebaikan dan kesehatan peserta didik semua, SKA Lumajang menetapkan untuk melakukan pembelajaran secara daring/online. Meskipun melakukan pembelajaran dari rumah, namun SKA Lumajang tetap berkomitmen untuk
Hari ini SKA Lumajang sudah memulai pembelajaran di Tahun Ajaran 2020 / 2021, namun dimasa pandemi ini bapak ibu Guru dan murid - murid belum bisa berjumpa, belum bisa belajar di Sekolah seperti tahun" lalu. Meskipun tidak berjumpa secara langsung, anak - anak tetap melakukan pembelajaran dari rumah / secara Daring. Dunia sedang dilanda pandemi